Sumber foto: Viplatino
Jika saya ditanya, film atau serial animasi apa yang paling saya sukai? Tidak ada. Soalnya ada banyak film animasi yang saya sukai. Saya menikmati film atau serial mulai dari Doraemon, Avatar Aang, Finding Nemo, Big Hero, dan masih banyak lagi. Tapi, jika pertanyaannya diubah, film animasi yang paling saya kagumi, maka jawabannya: Moana (2016). Saya kagum untuk alasan, kebanyakan sih, personal.
Pada mulanya, saya tidak punya perhatian khusus pada Moana, melainkan film lain. Moana itu film animasi biasa, begitu pikir saya waktu itu. Ceritanya terlalu lambat untuk sampai puncak cerita. Gambarnya tidak secantik film-film animasi lain. Tokoh utama tidak menggambarkan sosok cantik sebagaimana putri-putri raja dalam film animasi lain. Singkatnya, perasaan saya kepada film ini biasa saja sampai saya nonton yang kedua kalinya.
Kali kedua nonton film yang diproduksi Walt Disney ini di tempat seorang kawan. Dia memutar film Moana untuk melepas lelah. Saya ikut nonton. Kala itu, saya bertanya-tanya, berani-beraninya sutradara film ini, Ron Clements dan John Musker, membuat film animasi tanpa menjual kecantikan tokoh utama. Lalu apa yang mau disampaikan ke penonton? Apa makna yang mau dijejalkan ke pikiran para penikmatnya?
Saya Kemudian copy film ini sebab nonton film ini sekali saja tidak menjawab pertanyaan di atas. Saya nonton lagi, nonton lagi, dan lagi. Inilah makna pepatah lama, tak kenal maka tak sayang. Saya akrabi Moana. Saya nonton lagi, dan lagi. Meski tak sampai hafal seluruh omongan tokoh-tokohnya, saya hafal dari mana akan ke mana adegannya. Film ini, kemudian mencuri perhatian saya, dan saya menaruh perhatian khusus kepada film ini. Film Moana penuh dengan gambaran-gambaran alam yang cantik, tetapi sekaligus menakutkan. Di situ, saya mulai menyatakan kagum dengan film Moana.
Lalu di bagian mana dari film ini yang menarik hingga patut dikagumi?
Pertama, saya mengagumi model penggambaran film ini tentang Moana Waialiki. Film ini menggambarkan Moana sebagai sosok sehari-hari yang bisa kita temui di mana saja, di jalan raya, di pasar, atau di sawah. Dia bukan sosok putri raja, yang sulit kita temui gambarannya dalam kehidupan sehari-hari. Moana anak kepala suku, itu saja status istimewa dari keluarganya. Selebihnya, Moana digambarkan keren karena dirinya. Moana dalam film ini digambarkan sosok pekerja keras, keras kepala, dan tidak mudah menyerah. Moana jadi pahlawan bukan karena dia jago berkelahi seperti Wonder Woman, atau Cat Woman, melainkan sebab keteguhan hatinya untuk menyelamatkan banyak orang. Serupa gambaran Moana, lagi-lagi, bisa kita jumpai di sekitar kita.
Kedua, film ini menyampaikan pesan serius kepada kita, ponotonnya: jika kita mencuri hati hutan maka kita tengah merusak alam. Sekali merusaknya, alam akan murka. Siapa korbannya, ya kita, juga anak cucu kita, dan anak cucunya kelak. Bukan saja murka dengan bencana alam, tetapi juga ketersediaan makanan darinya semakin berkurang. Makna ini, pada awalnya tidak saya sadari. Belakangan, pesan ini makin jelas bahwa kita tengah di pusaran krisis lingkungan akibat ulah kita sendiri. Keren, film ini menawarkan jalan keluar.
Maksudnya bagaimana? Begini. Moana tumbuh besar di satu pulau yang subur. Penduduknya menggantungkan hidup dari laut dan tumbuhan yang ada di pulau tersebut. Di pulau itu, beredar mitos atau cerita rakyat tentang manusia setengah dewa, Maui. Karena ulahnya mencuri jantung hati Te Fiti, ibu bumi. Akibatnya, sejumlah monster menyerang Maui. Senjata Maui tak mampu menghadang kemarahan alam. Maui pun menghilang.
Nenek Moana selalu menceritakan cerita tersebut kepada anak-anak di pulau itu. Di antara anak-anak yang lain, hanya Moana yang mendengarkan cerita itu dengan antusias. Menurut cerita itu, kelak akan ada seseorang yang menemukan jantung hati dan mengembalikan kepada ibu bumi. Melihat gerak gerik Moana, neneknya percaya bahwa Moana adalah sosok terpilih untuk menyelamatkan krisis lingkungan akibat ulah Maui.
Meski mendapat tantangan dari ayahnya, Moana kemudian berlayar setelah neneknya menunjukkan bahwa leluhurnya adalah pelaut. Singkat cerita, Moana berlayar. Jangan dibayangkan berlayar di empang. Film ini berhasil menggambarkan betapa lautan itu mengerikan, tetapi Moana bisa melewatinya.
Tanpa dikisahkan bagaimana, Moana terdampar di pulau dan di sana ndilalah bertemu Maui. Adu mulut dan sikap kikuk, Moana dan Maui berlayar dengan perahu bersama. Mereka bersatu atas bantuan air laut, yang sudah menyatu dengan Moana, tentu saja manusia modern daratan tidak akan memercayainya. Perjalanan pun dimulai. Berbekal jantung hati Te Fiti, Moana dan Maui berlayar untuk mengembalikan jantung hati itu ke tempatnya. No spoiler, itu prinsip. Nonton sendiri ending ceritanya, yes.
Te Fiti murka karena jantung hatinya dicuri Maui demi manusia. Apa maknanya? Kita manusia eksploitasi alam, penebangan pohon di hutan demi pariwisata, demi pembangunan, demi perubahan baru, dan lainnya. itulah yang dimaksudkan film ini sebagai jantung hati ibu bumi. Argumen film ini masuk akal sebab tak ada cerita dalam sejarah Garut banjir. Tapi, dua tahun lalu, banjir bandang. Kenapa, jantung hati ibu bumi di Garut telah direnggut mereka yang hanya cari untung buat dirinya, bukan orang lain, atau anak cucunya. (Nah, jadi marah-marah, kan?)
Dari sisi ini, saya kagumi film ini karena topik ini membantu siapa saja pendidik yang mau mengajarkan pentingnya menjaga alam bisa diajarkan melalui film ini. Kontribusi film ini, karenanya, tak bisa dianggap remeh. Ini film penting bagi masa depan kita semua.
Ketiga, saya kagumi film ini karena film ini soal perempuan. Film ini secara jelas ingin mengatakan bahwa anak perempuan bisa jadi pemimpin. Moana memimpin petualangan. Dia menjadi penyelamat. Dia perempuan pembelajar. Dia tahu dia terbatas, rentan, dan rapuh. Tetapi, kekeras-kepalaanya, kerja kerasnya, membuat dia layak jadi pemimpin. Dia tak tahu arah mata angin, pada mulanya. Seiring watu, dia mencecap luasnya ilmu di samudera. Melalui Moana, para sutradara hendak mengatakan, wahai anak-anak perempuan kalian bisa jadi pemimpin, penyelamat, pahlawan. Moana adalah orang biasa, dan dia bisa. Moana adalah kalian.
Apakah dengan demikian, Film Moana sempurna? Tentu saja tidak. Ada beberapa kelemahan film Moana. Mengingat saya mengaguminya, saya tak mau menuliskannya. Biarlah keterbatasannya itu saya simpan saja. Saya ingin film ini ditonton banyak orang, dan menginspirasi mereka. Saya ingin kita semua sama-sama memikirkan bagaimana mengembalikan jantung hati ibu bumi, yang sudah sedemikian rupa dihancurkan manusia-manusia serakah.
Yang bisa saya lakukan, salah satunya, promosi film yang saya kagumi ini. Selamat menikmati, bagi yang sudah maupun belum menontonya.
You must be logged in to post a comment.